Selasa, 20 Mei 2008

Pendidikan Berbasis Luas (Broad-based Education ) Yang Berorientasi pada Kecakapan Hidup (Life Skill)

Prinsip penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dijelaskan pada pasal 4 ayat 2 sebagai pendidikan multimakna, yaitu proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup. Rincian dari pendidikan kecakapan hidup terdapat pada penjelasan UU Sisdiknas 2003 pasal 26 ayat 3 yaitu : “Pendidikan kecakapan hidup atau Life Skills adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.
Pendidikan dan Dunia Kerja
Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan, yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhir dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sector formal maupun sector informal.
Bagan Ruang Lingkup Dunia Kerja













Kecakapan Generik
Kecakapan generic adalah kecakapan prasyarat untuk memperoleh kemampuan lainnya dari spectrum keilmuan dan kejujuran yang sangat luas. Dengan kata lain seseorang akan sangat sulit memiliki kecakapan akademik dan atau kejuruan serta sikap kewiraswastaan tanpa memiliki kecakapan generic.
Pendididikan Berbasis Luas (BBE) yang Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill)
Broad-based Education (BBE) adalah pendidikan berbasis luas, yaitu pendidikan yang dapat membekali siswa dengan kecakapan generic atau kecakapan hidup yang bersifat umum, yang memungkinkan mereka dapat memiliki kecakapan akademik dan atau kejuruan, sehingga mereka dapat memasuki dunia kerja dalam berbagai bidang keahlian, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Kecakapan Hidup Sebagai Tujuan Pendidikan
Tujuan semua mata pelajaran pada kurikulum 1994/1999 dapat dirumuskan dalam bentuk kemampuan dasar atau kompetensi dasar. Dengan Kurikulum 1994/1999 yang bersifat Subject Matter Curriculum, guru dapat menyelenggarakan pembelajaran berbasis kompetensi.
Kecakapan hidup dapat didefinisikan sebagai suatu kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bermakna dan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupannya, serta harkat dan martabatnya dan juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Kecakapan hidup sebagai hasil pembelajaran,terdiri atas :
1.kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill)
2.kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill)
kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari :
Kecakapan personal dengan komponennya :
- Kecakapan belajar (learning to learn)
- Kecakapan beradaptasi (adaptability)
- Kecakapan menanggulangi (cope ability)
- Motivasia
- Kecakapan mengenal diri (self awarenes)
- Kemandirian
- Tanggung jawab
Kecakapan social dengan komponennya :
- Kecakapan berkomunikasi
- Kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif (bekerja dalam kelompok)
- Solidaritas
Kecakapan hidup yg bersifat specific,merupakan kecakapan keahlian dalam bentuk :
- Kecakapan akademik dan
- Kecakapan vocasional
Kecakapan belajar (learning to learn)yang bersifat proses adalah kecakapan generic (generic life skill) memungkinkan siswa dapat menguasai konsep keilmuan (kecakapan akademik) dan atau kecakapan kejuruan. Konsep-konsep kunci keilmuan dapat ditransfer kepada disiplin ilmu lainnya, sehingga siswa yang memiliki kecakapan dasar akademik dapat beradaptasi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu dalam pendidikan kejuruan bidang studi akademik disebut sebagai program adaptif.
Model pembelajaran kooperatif-kolaboratif memungkinkan siswa memiliki kecakapan social seperti kecakapan bekerja kooperatif, kolaboratif dan solidaritas
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa bukan berupa hafalan tentang materi pengetahuan, melainkn kompetensi dasar keilmuan dan atau kejuruan berbasis nilai agama, yang bermanfaat dalam kehidupannya, yang dapat dikembangkannya sendiri di kemudian hari dalam masyarakat masa depan yaitu masyarakat belajar.
Konsep Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pasal 3 UU Sisdiknas menetapkan bahwa tujuan pendidikan adalah pemberdayaan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (kecakapan psikomotorik).
Potensi Manusia
Dalam istilah kompetensi maka Potensi adalah kemampuan yang masih terpendam, dan dalam istilah potensi, Kompetensi adalah potensi yang telah actual. Pembelajaran adalah proses aktualisasi potensi peserta didik menjadi kompetensi, atau pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi, oleh karena itu disebut Student Empowerment.
Dalam dunia pendidikan telah dikenal adanya tiga domain pendidikan yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik, artinya siswa memiliki tiga potensi yaitu potensi nilai dan sikap(afektif), potensi intelektual (kognitif) dan potensi fisik manual atau potensi indrawi (motorik ataw psikomotorik)
Potensi manusia yang pertama yang harus diaktualisasikan adalah potensi panca indra yang dalam ayat diatas digambarkan dengan pendengaran(telinga), dang penglihatan (mata), tetapi sebenarnya meliputi perabaan (tangan), penciuman (hidung), dan rasa (mulut dan lidah)
Piaget menjelaskan bahwa pada usia bayi hingga dua tahun ia sudah belajar melalui sensori motorik, ia mengumpulkan data di memorinya dari apa yang diterimanya melalui panca indranya.
Hati menggambarkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Lapisan kedua setelah lubuk hati adalah qalbu (EQ), dan lapisan terluar dari hati adalah kecerdasan manusia yang dapat dibisiki oleh syaitan.
Potensi berikutnya yang harus diaktualisasikan adalah potensi intelektual (IQ) menjadi kecakapan akademik yaitu penguasaan dan pemilikan konsep-konsep dasar keilmuan. Kecakapan akademik akan dimiliki seseorang bila orang tersebut melakukan suatu proses mengkonstruksi konsep-konsep kunci keilmuan dalam kerangka konsep yang ada di dalam otaknya sehingga terbentuklah kerangka konsep. Semua kecakapan itu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kecakapan hidup dengan akhlak mulia dan berdampak rahmatan lil’alamin.
Proses Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Seseorang tidak akan memperoleh selain apa yang diupayakannya, dapat ditafsirkan bahwa seseorang tidak akan memiliki dan menguasai ilmu tanpa ia sendiri yang mengupayakannya, artinya ia harus memiliki kecakapan proses, penguasaan dan pemilikan ilmu. Hafal akan ilmu pengetahuan belum berarti memiliki konsep-konsep dasr keilmuan atau memiliki kecakapan akademik, karena seorang yang memiliki konsep keilmuan, ia dapat menggunakan kinsep itu sebagai suatu alat bagi pemecahan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu tidak dapat dikuasai seseorang hanya dengan menghafalkan melainkan ia sendiri harus berupaya melakukan proses penguasaan ilmu (QS. 53:39) dengan menggunakan metode ilmiah (QS. 96:1-5).
Tujuan Pendidikan Dalam Agama Islam
Kompetensi social dari seorang mu’min, yang antara lain digambarkan dengan sifat saling menyayangi (silaturrahmi), dijelaskan dalam surat an Nisaa’(QS. 4:1)
Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan manusia menjadi pemimpin di muka bumi sesuai dengan tugas yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Ayat-ayat tersebut dapat memberikan gambaran dari tujuan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan insane ulil albab yang kaaffah, yang memiliki iman dan taqwa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, bangsa, negara dan agamanya. Ketiga dimensi hasil pendidikan tersebut dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah domain afektif (iman), domain kognitif (ilmu) dan domain psikomotorik (amal). Profil manusia hasil pendidikan yang digambarkan di atas mensyaratkan adanya penyelenggaraan pendidikan yang memiliki tiga dimensi yaitu dimensi proses, dimensi materi keilmuan, dan dimensi aplikasi dalam kehidupan atau melalui pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Tiga Dimensi Tujuan Pendidikan yg Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (life skill)
Kecakapan hidup merupakan muara dari proses pembelajaran seluruh mata pelajaran, baik kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada pemilikan nilai dan sikap (afektif/normative) kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada pemilikan keilmuan (kognitif/adaptif/akademik) maupun kelompok mata pelajaran yang bersifat psikomotorik (produktif).
Tujuan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup, memiliki tiga dimensi yaitu :
Dimensi pertama adalah tujuan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metoda (methodological objectives).kecakapan ini bersifat generic dan juga merupakan kecakapan prasyarat.
Dimensi kedua adalah tujuan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan dan pemilikan konsep dasar keilmuan (content objectives)
Dimensi ketiga adalah tujuan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kecakapan menerapkan konsep dasar (keilmuan ataupun kejuruan) dalam kehidupan sehari-hari (life skill objectives)
Dalam pendidikan islam dimensi ketiga ini disebut dimensi amal
Ketiga dimensi tujuan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup atau pembelajaran berbasis kompetensi,merupakan karakteristik dari semua mata pelajaran, baik mata pelajaran yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Ketiga dimensi tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan karakteristik dari pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan akademik maupun kecakapan vokasional.
Kesimpulan
Akhir dari suatu proses pendidikan adalah dunia kerja baik bidang akademik ataupun kejuruan. Lulusan sekolah ataupun pendidikan tinggi hendaknya mampu memasuki dunia kerja yang begitu luas, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya (broad-based education) agar mereka memiliki kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill) sebagai fondasi yang luas. Tujuan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup dicapai dengan penyelenggaraan pembelajaran yang berbasis kompetensi (competency-based instruction). Ada tiga dimensi yang hendaknya diperhatikan dalam pembelajaran berbasis kompetensi yang bermuara pada kecakapan hidup. Pertama adalah dimensi kecakapan proses, dan kedua adalah dimensi materi. Kedua dimensi ini dapat dikuasai siswa secara serempak dalam KBM dengan metode yang sesuai, misalnya “discovery learning”. Dimensi yang ketiga adalah kecakapan siswa dalam mengaplikasikan kompetensi dasar dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar: